TAKLIM PUISI KAMPUNG KE-4: BERGURU PADA KEBUDAYAAN

TAKLIM PUISI KAMPUNG KE-4: BERGURU PADA KEBUDAYAAN

Berbagi laporan kegiatan budaya hari Sabtu lalu…

Sabtu, 12 Agustus 2017 lalu, Taklim Puisi Kampung kembali digelar. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Taklim Puisi Kampung yang digagas oleh Badan Musyawarah (BAMUS) Masyarakat Budaya Bekasi dalam rangka Perayaan Hari Puisi Indonesia.  Acara serupa telah sukses diadakan berturut-turut di Kampung Sukatenang, Karanganyar, lalu Jakasampurna.  Taklim kali ini bertempat di Desa Jatiluhur, Kecamatan Jatiasih, tepatnya di rumah budaya milik Mang Karya Ahmad, di Jalan H. Abih No: 107.

Kemacetan di mana-mana tidak menyurutkan kehadiran para seniman Bekasi untuk meramaikan taklim puisi. Karpet hijau panjang digelar di halaman rumah budaya yang cukup luas. Kudapan tradisional seperti singkong, ubi, pisang, dan kacang rebus menemani perhelatan budaya ini. Banyak seniman yang tampil dengan baju pangsi sebagai identitasnya. Semarak dan penuh warna adalah kesan yang pertama terlihat.

Acara pun dimulai oleh Bang Dopong selaku MC dengan suara lantang bersemangat. Disusul sambutan-sambutan yang diawali oleh Mang Karya Ahmad selaku tuan rumah. Dalam sambutannya, Mang Karya menyinggung soal pentingnya menjaga dan merawat kebudayaan sebagai ruh sebuah bangsa. Sedangkan sambutan Bang Komarudin Ibnu Mikam selaku ketua BAMUS, fokus pada pentingnya acara Taklim Puisi Kampung untuk mendekatkan puisi pada masyarakat, sehingga masyarakat tidak mudah tersulut emosinya ketika ada masalah kecil yang terjadi di kampung-kampung. Sambutan terakhir dari perwakilan dari Hari Puisi Indonesia (HPI), penyair Sofyan RH. Zaid. Dalam sambutannya, Sofyan mengapresiasi acara Taklim Puisi Kampung sebagai acara peringatan hari puisi yang terpanjang dalam sejarah peringatan hari puisi. Konsep Taklim Puisi yang berpindah-pindah dari satu kampung ke kampung lain di wilayah Bekasi telah dimulai sejak pertengahan Juli dan masih akan berlangsung hingga puncak acara pada tanggal 29 Agustus di Gedung Juang Bekasi.

Lebih jauh Sofyan mengkaitkan isi kitab Ta’lim Muta’allim karya Syaikh Burhanuddin Azzanurji dengan konsep Taklim Puisi Kampung. Bahwa cara mendapatkan ilmu seorang murid dari gurunya adalah dengan belajar, melayani, dan menghormati. Ketiga komponen tersebut terwakili dalam Taklim Puisi Kampung, di mana guru dalam hal ini adalah kebudayaan itu sendiri.

Memasuki acara inti yaitu pembacaan puisi yang dimulai oleh Kong Guntur Elmogas. Beliau dengan atraktif menyampaikan bait-bait pantunnya yang umumnya berisi sindiran ataupun ironi yang justru membuat hadirin tergelak. Dilanjutkan dengan pembacaan puisi bersuling oleh seniman Rian Hamzah. Ketua Panitia Taklim Puisi Kampung, Dyah Kencono Puspito Dewi, turut tampil membacakan puisi.

Pembacaan puisi dilanjutkan oleh beberapa seniman yang hadir, di antaranya Mariyah Ulfah, Fahmi Benhud, Turi Bosang, Wiwik, Sofyan RH. Zaid, Nila Hapsari, dan Armen S Doang. Tak kalah menghibur adalah musikalisasi puisi hasil kolaborasi Teguh dan Esha Borus. Di tengah acara. Kong Guntur kembali tampil diiringi musik untuk mengumpulkan “saweran” dari para seniman dan hadirin untuk membantu persiapan acara puncak Perayaan HPI di Bekasi. Semua tampak antusias menyumbang, karena jika bukan kita yang peduli terhadap kesenian di Bekasi, siapa lagi?

Menjelang magrib, acara mendekati akhir. Mengingat hari kemerdekaan yang tinggal beberapa hari lagi, hadirin diminta berdiri dan bersama-sama menyanyikan Indonesia Raya. Dipimpin oleh Kong Guntur Elmogas, Indonesia Raya pun berkumandang di pelataran rumah budaya disaksikan kibar bendera. Dalam suasana kebersamaan yang kian terasa, acara ditutup dengan doa oleh Fahmi Benhud. Sebelum bubar, para seniman menyempatkan foto bersama di depan rumah budaya. (Reporter: Nila Hapsari)


Vergeture Grossesse

Traitement Acné